RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : .....................................................
Mata pelajaran : BAHASA INDONESIA (Wajib)
Kelas/Semester : X / 1
Alokasi Waktu : 14 X 45 MENIT
Tahun Pelajaran : ......................
A. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran teks hikayat pada RPP ini dibagi menjadi 4 pembelajaran. Pada akhir pembelajaran siswa diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi pokok-pokok isi, karakteristik, dan nilai-nilai dalam hikayat
2. Membandingkan alur, bahasa, dan nilai- nilai hikayat dengan cerpen
3. Menyusun teks berdasarkan pokok-pokok isi, dan nilai-nilai dalam hikayat
4. Menjelaskan hubungan nilai- nilai hikayat dengan kehidupan saat ini
5. Mempresentasikan, menanggapi,dan merevisi teks yang telah disusun
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar
|
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
KD. 3.7
Mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat) baik lisan maupun tulis
|
3.7.1 mengidentifikasi isi pokok hikayat dengan bahasa sendiri
3.7.2 mengidentifikasi karakteristik hikayat
3.7.3 mengidentifikasi nilai- nilai yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat)
|
KD. 4.7
Menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang didengar dan dibaca.
|
4.7.1 membandingkan alur hikayat dengan cerpen
4.7.2 menceritakan kembali isi yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat) yang didengar dan dibaca
|
KD 3.8
Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dan cerpen
|
3.8.1 Mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat
3.8.2 Membandingkan bahasa dalam kehidupan dengan bahasa cerpen
3.8.3 Membandingkan nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen;
|
KD 4.8
Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi dan nilai-nilai
|
4.8.1 Menganalisis nilai-nilai dalam hikayat yang masih sesuai dengan kehidupan saat ini
4.8.2 Menjelaskan kesesuaian kesesuaian nilai-nilai dalam hikayat dengan kehidupan saat ini dengan menggunakan teks eksposisi.
|
C. Materi Pembelajaran
1. Mengidentifikasi nilai- nilai dan isi hikayat
Ø Mengidentifikasi isi pokok hikayat
Ø Mengidentifikasi karakter hikayat
(a) terdapat kemustahilan dalam cerita,
(b) kesaktian tokoh-tokohnya,
(c) anonim,
(d) istana sentris,
(e) menggunakan alur berbingkai.
(b) kesaktian tokoh-tokohnya,
(c) anonim,
(d) istana sentris,
(e) menggunakan alur berbingkai.
Ø Mengidentifikasi nilai- nilai hikayat
Hikayat banyak mengandung nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut
dapat berupa nilai reliji (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan
estetika (keindahan).
dapat berupa nilai reliji (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan
estetika (keindahan).
2. Mengembangkan makna (isi dan nilai) hikayat
Ø Menganalisis nilai-nilai dalam hikayat yang masih sesuai dengan kehidupan saat ini.
Ø Menjelaskan kesesuaian kesesuaian nilai-nilai dalam hikayat dengan kehidupan saat ini dengan menggunakan teks eksposisi.
Isi teks eksposisi yang dibuat harus memenuhi kriteria berikut ini:
(a) Tesis atau pernyataan tentang kesesuaian sebuah nilai dengan kehidupan saat ini. Misalnya nilai sosial untuk saling menolong orang lain.
(b) Argumentasi yang digunakan harus meruuk pada kehidupan saat ini yang masih menerapkan nilai-nilai tersebut.
(c) Menggunakan struktur teks eksposisi (tesis ^ argumen ^ pernyataan ulang) dan kaidah kebahasaan teks eksposisi.
(a) Tesis atau pernyataan tentang kesesuaian sebuah nilai dengan kehidupan saat ini. Misalnya nilai sosial untuk saling menolong orang lain.
(b) Argumentasi yang digunakan harus meruuk pada kehidupan saat ini yang masih menerapkan nilai-nilai tersebut.
(c) Menggunakan struktur teks eksposisi (tesis ^ argumen ^ pernyataan ulang) dan kaidah kebahasaan teks eksposisi.
3. Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dengan cerpen
Ø Mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat.
Hikayat disajikan dengan menggunakan bahasa Melayu Klasik. Di antara ciri bahasa yang dominan dalam hikayat adalah banyak menggunakan konjungsi hampir pada setiap awal kalimat dan biasanya menggunakan kata Arkais.
Ø Membandingkan bahasa dalam kehidupan dengan bahasa cerpen
Kaidah bahasa yang dominan dalam cerpen adalah penggunaan gaya bahasa (majas) dan penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian. Hikayat juga banyak menggunakan gaya bahasa untuk memperindah cerita yang disampaikan.
Ø Membandingkan nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen;
4. Mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen
Ø Membandingkan alur hikayat dan cerpen
Salah satu karakteristi alur dalam hikayat selain beralur maju adalah
menggunakan alur berbingkai. Alur maju dalam sebuah cerita berarti cerita dimulai dari masa lalu ke masa kini, atau dari masa kini ke masa yang akan datang.
menggunakan alur berbingkai. Alur maju dalam sebuah cerita berarti cerita dimulai dari masa lalu ke masa kini, atau dari masa kini ke masa yang akan datang.
Alur berbingkai artinya di dalam cerita ada cerita lain. Alur berbingkai dalam hikayat biasanya disajikan dengan menghadirkan seorang tokoh yang bercerita tentang suatu kisah.
Ø Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen
Di antara yang perlu diperhatikan dalam mengubah isi cerita hikayat ke dalam bentuk cerpen adalah hal-hal berikut ini.
(a) Mengubah alur cerita dari alur berbingkai menjadi alur tunggal.
(b) Menggunakan bahasa Indonesia saat ini.
(c) Menggunkan gaya bahasa yang sesuai.
(d) Tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat.
(a) Mengubah alur cerita dari alur berbingkai menjadi alur tunggal.
(b) Menggunakan bahasa Indonesia saat ini.
(c) Menggunkan gaya bahasa yang sesuai.
(d) Tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat.
D. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajara : Saintifik
2. Metode pembelajaran : Tanya jawab, diskusi kelompok, kerja kelompok, presentasi
3. Model pembelajaran : Discovery learning
E. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media : Materi hikayat powerpoint, LCD Proyektor
2. Alat dan Bahan : Teks Hikayat Indera Bangsawan, Hikayat Bayan Budiman,
3. Sumber Belajar
· Tim Kemendikbud. 2016. Buku Guru Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
F. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada RPP ini dibagi menjadi 4. Kegiatan tersebut sebagai berikut: (1) mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat) baik lisan maupun tulis; (2) mengembangkan makna (isi dan nilai-nilai) dalam cerita rakyat (hikayat) baik secara lisan maupun tertulis dalam bentuk teks eksposisi; (3) membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dengan cerpen; (4) mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi dan nilai-nilai.
Adapun langkah- langkah pembelajaran sebagai berikut:
(1) Mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat) baik lisan maupun tulis; (2 x 45 Menit)
NO
|
LANGKAH
PEMBELAJARAN
|
URAIAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
|
WAKTU
|
1
|
Pendahuluan
|
1. Salam pembuka
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dan rajin belajar
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran teks hikayat
5. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan gambaran sekilas mengenai cerita rakyat yang ada di Indonesia
|
10 menit
|
2
|
Kegiatan Inti
|
Stimulasi
- Guru bertanyajawab dengan siswa mengenai nilai- nilai, pokok isi, dan karakteristik yang terkandung dalam hikayat
- Guru menayangkan contoh teks cerita rakyat (hikayat) yang berjudul Hikayat Indera Bangsawan dan Hikayat Bayan Budiman melalui media proyektor
Identifikasi masalah
- Guru menayangkan pertanyaan kepada siswa terkait nilai-nilai, pokok isi, dan karakteristik teks hikayat tersebut. pertanyaan (terlampir)
Pengumpulan data
- Siswa membentuk kelompok dengan jumlah tiap kelompok 3 – 4 anak sesuai dengan jumlah kelas, tiap kelompok ada 1 siswa sebagai juru bicara
- Siswa mencari jawaban dari pertanyaan tersebut dari berbagai sumber
Pengolahan data
- Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing- masing terkait jawaban yang telah ditemukan
- Kemudian setiap kelompok membuat sinopsis mengenai hikayat tersebut
Pembuktian
- Juru bicara tiap kelompok maju secara bergantian untuk membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas
- Setiap kelompok secara bergantian memberikan tanggapan terhadap hasil jawaban kelompok lain
Menarik kesimpulan
Dari jawaban dan tanggapan tiap kelompok kemudian siswa menyimpulkan nilai- nilai, pokok isi, dan karakteristik dari teks hikayat Indera Bangsawan
|
70 menit
|
3
|
Kegiatan Penutup
|
|
10 menit
|
(2) Mengembangkan makna (isi dan nilai-nilai) dalam cerita rakyat (hikayat) baik secara lisan maupun tertulis dalam bentuk teks eksposisi (4 x 45 Menit)
NO
|
LANGKAH
PEMBELAJARAN
|
URAIAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
|
WAKTU
|
1
|
Pendahuluan
|
1. Salam pembuka
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dan rajin belajar
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Guru memberikan gambaran tentang konsep nilai- nilai dalam hikayat dan teks eksposisi
|
10 menit
|
2
|
Kegiatan Inti
|
Stimulasi
- Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai nilai- nilai yang terkandung dalam hikayat
- Guru mengajak siswa untuk membaca teks Hikayat Bayan Budiman
Identifikasi masalah
- Guru memberikan contoh analisis nilai- nilai yang terkandung dalam hikayat dan masih relevan dengan kehidupan saat ini
- Siswa mengerjakan tugas analisis nilai- nilai yang terkandung dalam Hikayat Bayan Budiman
Pengumpulan data
- Siswa membentuk kelompok dengan jumlah tiap kelompok 2 anak sesuai dengan jumlah kelas, tiap kelompok ada 1 siswa sebagai juru bicara
- Siswa mencari informasi tersebut dari berbagai sumber
Pengolahan data
- Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing- masing terkait jawaban yang telah ditemukan
- Kemudian setiap kelompok membuat teks eksposisi berdasarkan nilai- nilai tersebut
Pembuktian
- Juru bicara tiap kelompok maju secara bergantian untuk membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas
- Setiap kelompok secara bergantian memberikan tanggapan terhadap hasil jawaban kelompok lain
Menarik kesimpulan
Dari jawaban dan tanggapan tiap kelompok kemudian siswa menyimpulkan nilai- nilai yang terkandung dalam teks Hikayat Bayan Budiman
|
160 menit
|
3
|
Kegiatan Penutup
|
1. Guru bersama dengan siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran terkait identifikasi nilai- nilai dan pokok isi hikayat
2. Salam penutup
|
10 menit
|
(3) Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dengan cerpen (4 x 45 Menit)
NO
|
LANGKAH
PEMBELAJARAN
|
URAIAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
|
WAKTU
|
1
|
Pendahuluan
|
1. Salam pembuka
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dan rajin belajar
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Guru memberikan gambaran perbedaan penggunaan bahasa dalam hikayat dibandingkan dengan cerita rakyat lainnya
|
10 menit
|
2
|
Kegiatan Inti
|
Stimulasi
- Guru menayangkan kutipan teks cerita rakyat (hikayat) yang berjudul Hikayat Indera Bangsawan melalui media proyektor
Identifikasi masalah
- Guru meminta siswa untuk mengamati konjungsi dan penggunaan kata arkais dalam kutipan hikayat tersebut
- Kemudian guru meminta siswa untuk membaca cerpen yang berjudul Tukang Pijat Keliling
- Siswa diminta untuk membandingkan penggunaan konjungsi dan majas pada kedua teks tersebut (teks Hikayat Indera Bangsawan dan teks cerpen Tukang Pijat Keliling)
- Siswa menentukan unsur kebahasaan hikayat, yaitu penggunaan majas, konjungsi, dan kata arkais.
Pengumpulan data
- Siswa secara berkelompok mengidentifikasi konjungsi dan majas pada kedua teks tersebut. Tiap kelompok terdiri dari 2 anak.
Pengolahan data
- Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing- masing terkait jawaban yang telah ditemukan
- Kemudian setiap kelompok membuat tabel majas dari kedua teks tersebut
Pembuktian
- Perwakilan tiap kelompok menempelkan hasil diskusi kelompok di papan tulis
- Setiap kelompok maju secara bergantian memberikan tanggapan terhadap hasil jawaban kelompok lain
Menarik kesimpulan
Dari jawaban dan tanggapan tiap kelompok kemudian siswa menyimpulkan perbandingan antara hikayat dengan cerpen baik dari sisi nilai maupun kbahasaannya
|
160 menit
|
3
|
Kegiatan Penutup
|
1. Guru bersama dengan siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran terkait identifikasi nilai- nilai dan pokok isi hikayat
2. Siswa diberi pekerjaan rumah yaitu membandingkan nilai- nilai yang terkandung dalam hikayat Indera bangsawan dan cerpen Tukang Pijat Keliling
3. Salam penutup
|
10 menit
|
(4) Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi dan nilai-nilai (4 x 45 Menit)
NO
|
LANGKAH
PEMBELAJARAN
|
URAIAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
|
WAKTU
|
1
|
Pendahuluan
|
1. Salam pembuka
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dan rajin belajar
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Guru mengulas kembali materi yang telah disampaikan mengenai perbedaan karakteristik hikayat dan cerpen
|
10 menit
|
2
|
Kegiatan Inti
|
Stimulasi
- Guru bertanyajawab dengan siswa mengenai unsur intrinsik cerpen (alur cerita)
- Guru menayangkan contoh alur berbingkai dalam kutipan hikayat
Identifikasi masalah
- Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas 1 secara individu
- Kemudian guru meminta siswa untuk membaca Hikayat Si Miskin
- Setelah membaca hikayat Si Miskin siswa disuruh menentukan isi hikayat dan menyusunnya menjadi cerpen
Pengumpulan data
- Siswa secara berkelompok mengidentifikasi isi hikayat Si Miskin. Tiap kelompok terdiri dari 3 – 4 anak.
- Untuk memudahkan siswa dalam menyusun cerpen maka siswa harus menganalisis gagasan pokok yang terdapat pada teks hikayat Si Miskin dan memperhatikan langkah- langkah dalam mengubah teks hikayat menjadi cerpen
Pengolahan data
- Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing- masing terkait jawaban yang telah ditemukan
- Kemudian setiap kelompok membuat cerpen berdasarkan pokok isi hikayat Si miskin
Pembuktian
- Perwakilan tiap kelompok menempelkan hasil diskusi kelompok di papan tulis
- Setiap kelompok maju secara bergantian memberikan tanggapan terhadap hasil jawaban kelompok lain
Menarik kesimpulan
Dari jawaban dan tanggapan tiap kelompok kemudian siswa menyimpulkan langkah- langkah mengubah teks hikayat menjadi cerpen
|
160 menit
|
3
|
Kegiatan Penutup
|
1. Guru bersama dengan siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran terkait identifikasi nilai- nilai dan pokok isi hikayat
2. Salam penutup
|
10 menit
|
G. Teknik Penilaian Hasil Pembelajaran
Pembelajaran
|
Teknik Penilaian
| |
Pengetahuan
|
Keterampilan
| |
Pembelajaran 1
|
Tugas
|
Pengamatan
|
Pembelajaran 2
|
Tugas
|
Pengamatan
|
Pembelajaran 3
|
Tugas
|
Produk
|
Pembelajaran 4
|
Tugas
|
Produk
|
Mengetahui, ..............................
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,
..................................... ........................................
Lampiran-lampiran :
Pembelajaran 1
Hikayat Indera Bangsawan
Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri
Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka
pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada
fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamillah
dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah
dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan
menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun
dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka
dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.
Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan
isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang
patut dirayakan dalam negeri karena anaknya
kedua orang itu sama-sama gagah.Jikalau baginda
pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada
kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu
dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya:
barang siapa yang dapat mencari buluh perindu
yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja
di dalam negeri.
Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah
Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi
mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan
keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk
rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari
hidup.
Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan,
kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan
Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi
saling cari mencari.
Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera
Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada AllahSubhanahuwata’ala
dan berjalan dengan sekuat-kuatnya.
Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah
mahligai.Ia naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung.
Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang
melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang
itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Puteri Ratna Sari
menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia
ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang
lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan
dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah
Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami istri
dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya.
Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai
di suatu padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan
bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan
bahwa Indera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah
oleh Raja Kabir.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya,
Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan
oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa
barang siapa yang dapat menangkap Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak
perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala
Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu
harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda
bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang
akan menjadi suami tuan puteri.”
Setelah mendengar kata-kata baginda Si Hutan pun pergi mengambil seruas
buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu.Maka
ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan
rupanya pun kembali seperti dahulu kala.
Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang
disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu
itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan
pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun
menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas.
Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib
berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara
itu Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa (neneknya) dan
menunjukkannya kepada raja.
Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu
harimau ke mata Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka
Tuan Puteri pun sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap
bersedih. Baginda harus menyerahkan tuan puteri kepada Buraksa, raksasa laki-laki
apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya. Baginda sudah kehilangan
daya upaya.
Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginnda
berkata kepada sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubah Buraksa akan
menjadi suami Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indrra Bangsawan. Indra
Bangsawan diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil jubah Buraksa yaitu dengan
memasukkan ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa
datang hendak mengambil Puteri, Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan
minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu tanpa pikir panjang Buraksa
menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong.
Tak lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari
Puteri dan mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi
lumpuh akibat ramuan daun-daunan dalam air minumnya.
Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka
mengambil selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak
mengatakan kepada Raja bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa.
Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan
jubah Buraksa. Hata Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan
Puteri. Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya
mereka memilih untuk pergi. Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong
diketahui raja dan rakyatnya. Sumber: Buku Kesusastraan Melayu Klasik
Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri
Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka
pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada
fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamillah
dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah
dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan
menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun
dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka
dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.
Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan
isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang
patut dirayakan dalam negeri karena anaknya
kedua orang itu sama-sama gagah.Jikalau baginda
pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada
kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu
dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya:
barang siapa yang dapat mencari buluh perindu
yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja
di dalam negeri.
Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah
Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi
mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan
keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk
rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari
hidup.
Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan,
kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan
Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi
saling cari mencari.
Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera
Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada AllahSubhanahuwata’ala
dan berjalan dengan sekuat-kuatnya.
Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah
mahligai.Ia naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung.
Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang
melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang
itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Puteri Ratna Sari
menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia
ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang
lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan
dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah
Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami istri
dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya.
Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai
di suatu padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan
bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan
bahwa Indera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah
oleh Raja Kabir.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya,
Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan
oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa
barang siapa yang dapat menangkap Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak
perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala
Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu
harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda
bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang
akan menjadi suami tuan puteri.”
Setelah mendengar kata-kata baginda Si Hutan pun pergi mengambil seruas
buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu.Maka
ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan
rupanya pun kembali seperti dahulu kala.
Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang
disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu
itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan
pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun
menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas.
Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib
berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara
itu Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa (neneknya) dan
menunjukkannya kepada raja.
Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu
harimau ke mata Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka
Tuan Puteri pun sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap
bersedih. Baginda harus menyerahkan tuan puteri kepada Buraksa, raksasa laki-laki
apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya. Baginda sudah kehilangan
daya upaya.
Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginnda
berkata kepada sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubah Buraksa akan
menjadi suami Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indrra Bangsawan. Indra
Bangsawan diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil jubah Buraksa yaitu dengan
memasukkan ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa
datang hendak mengambil Puteri, Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan
minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu tanpa pikir panjang Buraksa
menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong.
Tak lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari
Puteri dan mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi
lumpuh akibat ramuan daun-daunan dalam air minumnya.
Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka
mengambil selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak
mengatakan kepada Raja bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa.
Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan
jubah Buraksa. Hata Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan
Puteri. Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya
mereka memilih untuk pergi. Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong
diketahui raja dan rakyatnya. Sumber: Buku Kesusastraan Melayu Klasik
Tugas 1
Dapatkah kamu memahami isi teks hikayat yang dibacakan tadi? Untuk mengecek
pemahaman kamu, jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Siapakah Indera Bangsawan?
2. Bagaimana keadaan kelahiran Indera Bangsawan?
3. Siapakah putri yang ditolong oleh saudara kembar Indera Bangsawan?
4. Apa yang dilakukan Syah Peri setelah berpisah dengan Indera Bangsawan?
5. Mengapa Indera Bangsawan dan Syah Peri terpisah?
6. Bagaimanakah cara Indera Bangsawan mengalahkan Buraksa?
7. Bagaimana cara Indera Bangsawan masuk ke dalam istana Raja Kabir?
8. Siapakah yang selalu menolong Indera Bangsawan sehingga ia selalu bisa melakukan hal sulit yang diminta Raja Kabir?
9. Apakah Putri Kemala Sari mengetahui penyamaran Indera Bangsawan?
10. Apa amanat yang dapat dipetik dari cerita hikayat di atas?
Dapatkah kamu memahami isi teks hikayat yang dibacakan tadi? Untuk mengecek
pemahaman kamu, jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Siapakah Indera Bangsawan?
2. Bagaimana keadaan kelahiran Indera Bangsawan?
3. Siapakah putri yang ditolong oleh saudara kembar Indera Bangsawan?
4. Apa yang dilakukan Syah Peri setelah berpisah dengan Indera Bangsawan?
5. Mengapa Indera Bangsawan dan Syah Peri terpisah?
6. Bagaimanakah cara Indera Bangsawan mengalahkan Buraksa?
7. Bagaimana cara Indera Bangsawan masuk ke dalam istana Raja Kabir?
8. Siapakah yang selalu menolong Indera Bangsawan sehingga ia selalu bisa melakukan hal sulit yang diminta Raja Kabir?
9. Apakah Putri Kemala Sari mengetahui penyamaran Indera Bangsawan?
10. Apa amanat yang dapat dipetik dari cerita hikayat di atas?
Keriteria Penilaian Tes Tulis
NO
|
NAMA SISWA
|
SKOR PEROLEHAN PADA ASPEK/NO SOAL
|
SKOR PEROLEHAN
| |||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
| ||||
Tugas 2
Isi Pokok
|
Teks
|
Tugas 3
Analisis Karakteristik Hikayat
Karakteristik
|
Kutipan Teks
|
Kemustahilan
| |
Kesaktian tokoh
| |
Anonim
| |
Istanasentris
|
Tugas 4
Analisis nilai- nilai hikayat
Nilai
|
Konsep Nilai
|
Kutipan Teks
|
Agama
| ||
Sosial
| ||
Budaya
| ||
Moral
| ||
Edukasi
|
Pembelajaran 2
Hikayat Bayan Budiman
Sebermula ada saudagar di negara
Ajam. Khojan Mubarok namanya,
terlalu amat kaya, akan tetapi ia
tiada beranak. Tak seberapa lama
setelah ia berdoa kepada Tuhan, maka
saudagar Mubarok pun beranaklah
istrinya seorang anak laki-laki yang
diberi nama Khojan Maimun.
Setelah umurnya Khojan Maimun
lima tahun, maka di serahkan
oleh bapaknya mengaji kepada
banyak guru sehingga sampai umur
Khojan Maimun lima belas tahun.
Ia dipinangkan dengan anak saudagar yang kaya, amat elok parasnya,
namanya Bibi Zainab. Hatta beberapa lamanya Khojan Maimun beristri
itu, ia membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa di antara itu
ia juga membeli seekor tiung betina, lalu di bawanya ke rumah dan di
taruhnya hampir sangkaran bayan juga.
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu
minta izinlah dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada
istrinya itu, jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor
unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada, karena fitnah di dunia amat besar
lagi tajam dari pada senjata. Hatta beberapa lama di tinggal suaminya,
ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu
elok. Berkencanlah mereka untuk bertemu melalui seorang perempuan tua.
Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu
hendak menemui anak raja itu. Maka bernasihatlah ditentang perbuatannya
yang melanggar aturan Allah SWT. Maka marahlah istri Khojan Maimun
dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan dihempaskannya
sampai mati. Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang
berpura-pura tidur. Maka bayan pun berpura-pura terkejut dan mendengar
kehendak hati Bibi Zainab pergi mendapatkan anak raja. Maka bayan pun
berpikir bila ia menjawab seperti tiung maka ia juga akan binasa. Setelah
ia sudah berpikir demikian itu, maka ujarnya, “Aduhai Siti yang baik paras,
pergilah dengan segeranya mendapatkan anak raja itu. Apapun hamba ini
haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas
kepala hambalah menanggungnya. Baiklah tuan sekarang pergi, karena
sudah dinanti anak raja itu. Apatah dicari oleh segala manusia di dunia
ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan? Adapun akan hamba, tuan
ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh
tuannya seorang istri saudagar.”
Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita
tersebut. Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia
dapat memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu
ingin mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka
diberilah ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam. Burung tersebut
bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan
menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya.
Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab
meneruskan rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta
melalaikan Bibi Zainab dengan cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa
menangguh dari satu malam ke satu malam pertemuannya dengan putera
raja. Begitulah seterusnya sehingga Khoja Maimun pulang dari pelayarannya.
Bayan yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi
juga dapat menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang.
Dia juga dapat menjaga nama baik tuannya serta menyelamatkan rumah
tangga tuannya. Antara cerita bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang
mempunyai tiga ekor anak yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan
anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal
berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor
anak kera yang bersahabat dengan seorang anak saudagar. Pada suatu hari
mereka berselisih faham. Anak saudagar mendapat luka di tangannya. Luka
tersebut tidak sembuh melainkan diobati dengan hati kera. Maka saudagar
itupun menangkap dan menangkap anak kera itu untuk mengubati anaknya.
Sebermula ada saudagar di negara
Ajam. Khojan Mubarok namanya,
terlalu amat kaya, akan tetapi ia
tiada beranak. Tak seberapa lama
setelah ia berdoa kepada Tuhan, maka
saudagar Mubarok pun beranaklah
istrinya seorang anak laki-laki yang
diberi nama Khojan Maimun.
Setelah umurnya Khojan Maimun
lima tahun, maka di serahkan
oleh bapaknya mengaji kepada
banyak guru sehingga sampai umur
Khojan Maimun lima belas tahun.
Ia dipinangkan dengan anak saudagar yang kaya, amat elok parasnya,
namanya Bibi Zainab. Hatta beberapa lamanya Khojan Maimun beristri
itu, ia membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa di antara itu
ia juga membeli seekor tiung betina, lalu di bawanya ke rumah dan di
taruhnya hampir sangkaran bayan juga.
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu
minta izinlah dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada
istrinya itu, jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor
unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada, karena fitnah di dunia amat besar
lagi tajam dari pada senjata. Hatta beberapa lama di tinggal suaminya,
ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu
elok. Berkencanlah mereka untuk bertemu melalui seorang perempuan tua.
Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu
hendak menemui anak raja itu. Maka bernasihatlah ditentang perbuatannya
yang melanggar aturan Allah SWT. Maka marahlah istri Khojan Maimun
dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan dihempaskannya
sampai mati. Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang
berpura-pura tidur. Maka bayan pun berpura-pura terkejut dan mendengar
kehendak hati Bibi Zainab pergi mendapatkan anak raja. Maka bayan pun
berpikir bila ia menjawab seperti tiung maka ia juga akan binasa. Setelah
ia sudah berpikir demikian itu, maka ujarnya, “Aduhai Siti yang baik paras,
pergilah dengan segeranya mendapatkan anak raja itu. Apapun hamba ini
haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas
kepala hambalah menanggungnya. Baiklah tuan sekarang pergi, karena
sudah dinanti anak raja itu. Apatah dicari oleh segala manusia di dunia
ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan? Adapun akan hamba, tuan
ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh
tuannya seorang istri saudagar.”
Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita
tersebut. Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia
dapat memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu
ingin mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka
diberilah ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam. Burung tersebut
bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan
menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya.
Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab
meneruskan rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta
melalaikan Bibi Zainab dengan cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa
menangguh dari satu malam ke satu malam pertemuannya dengan putera
raja. Begitulah seterusnya sehingga Khoja Maimun pulang dari pelayarannya.
Bayan yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi
juga dapat menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang.
Dia juga dapat menjaga nama baik tuannya serta menyelamatkan rumah
tangga tuannya. Antara cerita bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang
mempunyai tiga ekor anak yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan
anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal
berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor
anak kera yang bersahabat dengan seorang anak saudagar. Pada suatu hari
mereka berselisih faham. Anak saudagar mendapat luka di tangannya. Luka
tersebut tidak sembuh melainkan diobati dengan hati kera. Maka saudagar
itupun menangkap dan menangkap anak kera itu untuk mengubati anaknya.
Tugas 1
Kutipan Hikayat
|
Analisis kandungan Nilai
|
Tugas 2
Membuat teks eksposisi berdasarkan pokok- pokok nilai
Kriteria Penilaian
NO SOAL
|
DESKRIPSI
|
SKOR
|
SKOR MAKS
|
1
|
Identifikasi tesis tepat.
Identifikasi kurang tepat.
Identifikasi tesis salah
|
20
15
10
|
20
|
2
|
Identifikasi argumen tepat dan lengkap.
Identifikasi argumen sebagian besar benar.
Identifikasi argumen hanya separoh benar.
Identifikasi argumen hanya sedikit yang benar
|
20
15
15
10
|
20
|
3
|
Identifikasi penegasan ulang tepat.
Identifikasi penegasan ulang kurang tepat.
Identifikasi penegasan salah
|
20
15
10
|
20
|
4
|
Argumen tepat dan lengkap.
Argumen tepat tapi kurang lengkap.
Argumen kurang mendukung tesis
|
20
15
10
|
20
|
5
|
Teks eksposisi mengandung struktur lengkap dan tepat.
Teks eksposisi mengandung struktur lengkap dan tepat.
Teks eksposisi mengandung struktur lengkap dan tepat.
Teks eksposisi mengandung struktur lengkap dan tepat
|
20
15
15
10
|
20
|
Pembelajaran 3
Tugas 1
Mengidentifikasi kata Arkais pada hikayat dan mencari makna dalam kamus
Kata Arkais
|
Makna Kamus
|
Tugas 2
Membandingkan penggunaan majas pada hikayat dan cerpen
Majas
|
Kutipan Hikayat
|
Kutipan Cerpen
|
Pembelajaran 4
Tugas 1
Membandingkan alur dalam hikayat dan cerpen
Alur Cerita Cerpen Tukang Pijat Keliling
|
Alur Cerita Hikayat Si Miskin
|
0 Comments